JANIS-JENIS METODOLOGI PENELITIAN AGAMA
2.1 Pengertian
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta
mengartikan metodologi/konstruksi adalah cara membuat (menyusun)
bangunan-bangunan (jembatan dan sebagainya), dan dapat pula berarti
susunan dan hubungan kata di kalimat atau kata di kelompok kata.[1]
Agama sebagai elemen yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia
dapat dilihat dari dua segi yakni, dari segi isi dan dari segi
bentuknya. Dari segi isinya, agama adalah ajaran atau wahyu Tuhan yang
dengan sendirinya tidak dapat dikategorikan sebagai kebudayaan.
Sedangkan dari segi bentuknya agama dapat dipandang sebagai kebudayaan
batin manusia yang mengandung potensi psikologi yang mempengaruhi jalan
hidup manusia. Dengan demikian, yang dapat diteliti adalah pada bentuk
atau praktik yang tampak dalam kehidupan sosial, yang dipandang sebagai
kebudayaan batin manusia.[2]
Penelitian dapat dilakukan pada bentuk pengalaman dari ajaran agama
tersebut, misalnya kita dapat meneliti tingkat keimanan dan ketaqwaan
yang dianut masyarakat. Selain itu penelitian agama juga dapat dilakukan
dalam upaya menggali ajaran-ajaran agama yang terdapat dalam kitab suci
serta kemungkinan aplikasinya sesuai dengan perkembangan zaman.
Salah satu penelitian itu adalah tela’ah konstruksi teori penelitian
agama Islam. Teori penelitian ini merupakan upaya untuk mempelajari dan
memahami gejala keagamaan secara seksama, menyusun antara satu bagian
dengan bagian lainnya untuk melakukan penelitian. Secara sederhana
telaah konstruksi teori penelitian agama adalah suatu upaya untuk
mempelajari, menguraikan kaidah-kaidah dan dimensi ilmiah tentang
kebenaran serta memahami ajaran agama Islam secara Ilmiah.[3]
Seseorang yang akan menyusun konstruksi teori penelitian terlebih
dahulu perlu mengetahui bentuk dari macam-macam penelitian karena
perbedaan bentuk atau macam-macam penelitian yang dilakukan akan
mempengarui bentuk konstruksi teori penelitian yang dilakukan, termasuk
pula penelitian agama. Penelitian dapat mengambil bentuk bermacam-macam
tergantung dari sudut pandang mana yang akan digunakan untuk melihatnya
2.2 Jenis-Jenis Penelitian Islam
Dilihat dari segi hasil yang ingin dicapainya, penelitian dapat
dibagi menjadi penelitian menjelajah (eksploratory atau deskriptif) dan
penelitian yang bersifat menerangkan (Eksplanattory).
Jika dilihat dari segi bahan-bahan atau obyek yang akan diteliti,
penelitian dapat dibagi menjadi penelitian kepustakaan (library
research) dan penelitian lapangan (field research).
Jika dilihat dari segi cara penganalisisannya, peneliian dapat dibagi
menjadi penelitian yang bersifat kualitatif dan yang bersifat
kuantitatif. Jika dilihat dari metode dasar dan rancangan penelitian
yang digunakan, peneliian dapat dibagi menjadi penelitian yang bersifat
historis, perkembangan, kasus, korelasional, kausal komparatif,
eksperimen sungguhan, eksperimen semu, dan penelitian tindakan atau
(action research).
Dari berbagai cara melihat penelitian yang menimbulkan macam-macam
itu cara melihat, penelitian dari segi metode dan rancangan yang
digunakan itulah yang umumya digunakan sebagai acuan, karena cara
pandang yang disebutkan sebelumnya dinilai sudah tercakup dalam cara
melihat penelitian dari segi metode dan rancangannya. Berbagai macam
penelitian yang didasarkan pada segi metode, dan rancangan ini dapat di
kemukakan sebagai berikut:
2.2.1 Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang banyak
menggunakan data angka dengan segala bentuk analisisnya. Metode ini
mempunyai sifat deduktif artinya hasil penelitian diarahkan menuju suatu
kesimpulabn yang menyempit, focus untuk dijadikan rujukan general.
Berdasarkan ciri karakteristik penelitian kuantitatif maka penyusunan
laporan hasil penelitian dapat mengikuti format laporan hasil
penelitian sebagai berikut:
DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
- Identifikasi Masalah
- Pembatasan Masalah
- Perumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
- Sistematika Penulisan
- Kerangka Pikir Penelitian
- Sejarah Perusahaan
- Teori yang berhubungan dengan topik yang akan diteliti
- Kerangka Pikir Penelitian
- Rancangan Penelitian
- Tempat dan Waktu Penelitian
- Populasi, Sampel, dan Teknik Samping
- Bahan dan Alat Penelitian
- Teknik Analisis Data
- Prosedur Pelaksanaan Penelitian
- Gambaran Umum Sampel Penelitian
- Analisis Utama
- Analisis Tambahan
- Pembahasan
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
2.2.2 Penelitian Kualitatif
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada
mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan
pengamatan kuantitatif. Lalu mereka mendefinisikan bahwa metodologi
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam
kaasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahannya.[4]
Penelitian kualitatif memiliki ciri atau karakteristik yang membedakan
dengan penelitian jenis lainnya. Dari hasil penelaahan pustaka yang
dilakukan Moleong atas hasil dari mensintesakan pendapatnya Bogdan dan
Biklen (1982:27-30) dengan Lincoln dan Guba (1985 :39-44) ada sebelas
ciri penelitian kualitatif[5], yaitu:
1) Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (enity)
2) Penelitian kualitatif intrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain
3) Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif
4) Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif
5) Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data
6) Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar) bukan angka-angka
7) Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil
8) Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam
penelitian nya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam
peneltian.
9) Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas,
realibilitas, dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang
lazim digunakan dalam penelitian klasik
10) Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara)
11) Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil
interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia
yang dijadikan sumber data.
Dari awal, tampak bahwa penelitian kualitatif merupakan bidang
penyelidikan tersendiri. Bidang ini bersilang dengan disiplin dan pokok
permasalahan lainnya. Suatu kumpulan istilah, konsep, asumsi yang
kompleks dan saling terkait meliputi istilah penelitian kualitatif.[6]
Munculnya penelitian kualitatif adalah karena reaksi dari tradisi
yang terkait dengan positivisme dan postpositivisme yang berupaya
melakukan kajian budaya dan interpretatif sifatnya. Penelitian
kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan
empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instropeksi, riwayat
hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual:
yang benggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam
kehidupan individual dan kolektif (denzin dan Lincoln,1994;2).[7]
Penelitian kualitatif secara inheren merupakan multi-metode
di dalam satu fokus, yaitu yang dikendalikan oleh masalah yang diteliti.
Penggunaan multi-metode atau yang lebih dikenal tringulation,
mencerminkan suatu upaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam
mengenai fenomena yang sedang diteliti. Yang bernama realitas objektif
sebetulnya tidak pernah bisa ditangkap. Tringulation bukanlah
alat atau strategi untuk pembuktian, tetapi hanyalah suatu alternatif
terhadap pembuktian. Kombinasi yang dilakukan dengan multi-metode,
bahan-bahan empiris, sudut pandang dan pengamatan yang teratur tampaknya
menjadi strategi yang lebih baik untuk menambah kekuatan, keluasan dan
kedalaman suatu penelitian.
Penelitian kualitatif menekankan sifat realita yang dibangun secara
sosial, hubungan yang intim antara peneliti dengan yang diteliti dan
kendala situasional yang membentuk penyelidikan. Penelitian kualitatif
menekan bahwa sifat peneliti itu penuh dengan nilai (value-laden). Mereka mencoba menjawab pertanyaan yang menekankan bagaimana pengalaman sosial diciptakan dan diberi arti.
Kegiatan generik dalam penelitian kualitatif selalu menampilkan lima fase tataran yang dimiliki oleh masing-masing pendekatan;
1) Peneliti dan apa yang diteliti sebagai subjek multi-kultural
2) Paradigma penting dan sudut pandang interpretative
3) Strategi penelitian
4) Metode pengumpulan data dan penganalisisan bahan empiri
5) Seni menginterpretasi dan memaparkan hasil penelitian.
2.2.3 Penelitian Eksploratif
Jenis penelitian eksploratif, adalah jenis penelitian yang bertujuan
untuk menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat saja
berupa pengelompokan suatu gejala, fakta, dan penyakit tertentu.
Penelitian ini banyak memakan waktu dan biaya.
Penelitian ini dapat digunakan untuk mengamati gejala keagamaan yang
ssedang terjadi atau gejala keagamaan yang terjadi di masa lalu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari peneliti eksploratif, dapat
dikembangkan berbagai penelitian lain, seperti penelitian historis,
deskriptif, korelasional, dan eksperimen. Oleh karena itu, penelitian
ini sering juga disebut dengan penelitian pendahuluan.[8]
Contoh: Gejala berkembangnya berbagai macam
aliran yang menyimpang dari ajaran agama Islam yang diyakini
kebenarannya. Gejala ini biasanya marak pada daerah-daerah pinggir
perkotaan atau di daerah pedesaan yang kurang kesejahteraannya. Misalnya
penelitian yang mengarah kepada komunitas Ahmadiyah, komunitas Lia Eden
dan sebagainya.
2.2.4 Penelitian Historis (Historical Research)
Penelitian Historis adalah penelitian yang berhubungan dengan
sejarah. Sejarah adalah study tentang masa lalu dengan menggunakan
kerangka paparan dan penjelasan. Dengan metode historis seorang ilmuan
mencoba menjawab masalah-masalah yang ia hadapi.
Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa
lampau secara sistematis dan secara sistematis dan objektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifisi, serta mensintesiskan
bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.[9] Seringkali penelitian yang demikian itu berkaitan dengan hipotesis-hipotesis tertentu.
Ciri yang menonjol dari penelitian historis adalah:
1) Bergantung kepada data yang diobservasi oleh peneliti
sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat yang
menganalisis keotentikan, ketepatan, dan pentingnya sumber-sumbernya.
2) Harus tertib ketat, sistematis, dan tuntas; seringkali
penelitian yang dikatakan sebagai suatu “penelitian historis” hanyalah
koleksi informasi-informasi yang tak layak, tak reliabel, dan berat
sebelah.
3) “Penelitian historis” tergantung kepada dua macam data, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber
primer, yaitu Si peneliti (penulis) secara langsung melakukan observasi
atau menyaksikan kejadian-kejadian yang dituliskan. Data sekunder
diperoleh dari sumber sekunder, yaitu peneliti melaporkan hasil
observasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian
aslinya.
4) Untuk menentukan bobot data, biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal dan kritik internal.[10]
Kritik eksternal menanyakan “apakah dokumen relik itu otentik”, sedang
kritik internal menanyakan “Apabila data itu otentik, apakah data
tersebut akurat dan relevan?”. Kritik internal harus menguji motif,
keberatsebelahan, dan keterbatasan si penulis yang mungkin
melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu dan memberikan informasi yang
terpalsu. Evaluasi kritis inilah yang menyebabkan “penelitian historis”
itu sangat tertib-ketat, yang dalam banyak hal lebih dibanding dari pada
studi eksperimental
5) Walaupun penelitian historis mirip dengan penelaahan
kepustakaan yang mendahului lain-lain bentuk rancangan penelitian, namun
cara pendekatan historis adalah lebih tuntas, mencari informasi dan
sumber yang lebih luas. “Penelitian historis” juga menggali
informasi-informasi yang lebih tua dari pada yang umum dituntut dalam
penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali bahan-bahan tak
diterbitkan yang tak dikutip dalam bahan acuan yang standar. Langkah
pokok untuk melaksanakan penelitian historis sebagai berikut:
6) Definisi masalah. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada diri sendiri:
a) Apakah cara pendekatan historis ini merupakan yang terbaik bagi masalah yang sedang digarap?
b) Apakah data penting yang diperlukan mungkin di dapat?
c) Apakah hasilnya nanti mempunyai cukup kegunaan?
d) Rumuskan tujuan penelitian dan jika mungkin, rumuskan
hipotesis yang akan memberi arah dan fokus bagi kegiatan penelitian itu.
e) Kumpulkan data, dengan selalu mengingat perbedaan antara sumber primer dan sumber sekunder
f) Suatu keterampilan yang sangat penting dalam penelitian
historis adalah cara pencatatan data : dengan sistem kartu atau dengan
sistem lembaran, kedua duanya dapat dilakukan
g) Evaluasi data yang diperoleh dengan melakukan kritik eksternal dan kritik internal
h) Tuliskan laporan
Bebrapa pakar yang teglah meggunakan analisis historis dalam sebuah penelitian agama.[11]
- Talcott Parson dan Bellah ketika ia menjelaskan evolusi agama
- Berger dalam uraiannya tentang memudarnya agama dalam masyarakat modern
- Max Weber ketika ia menjelaskan sumbangan teologi Protestan terhadap lahhirnya kapitalisme
Contoh: Seorang guru PAI ingin meneliti
bagaimana sejarah pendidikan Islam pada masa Rasullullah. Mengapa
pendidikan Islam pada waktu itu bisa mengalami kemajuan. Peneliti
sejarah bisa mengajukan pertanyaan: siapa, apa, bila mana, di mana,
mengapa, dan bagaimana (5 W+1 H).
2.2.5 Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian yang memaparkan sebuah
situasi atau peristiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan
gejala sosial, politik, ekonomi, sosial budaya, dan keagamaan.[12] Seorang peneliti mencoba menggambarkan bagaimana terjadi suatu peristiwa.
Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai taraf
deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematik,
sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Penelitian
deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta
dan karakteristrik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.
Analisis yang sering digunakan adalah: analisis persentase dan analisis
kecenderungan. Kesimpulan yang dihasilkan tidak bersifat umum.
Menurut Usman dan Ali, penelitian deskriptif adalah akumulasi data
dasar dalam cara deskriptif semata-mata, tidak perlu mencari hubungan
korelasi, hubungan sebab akiabat dan tidak dan tidak perlu mencari
hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap suatu penelitian. Sebagai
para ahli menyatakan bahwa penelitian. Sebagian para ahli menyatakan
bahwa penelitian deskriptif lebih luas cakupan penelitiannya, kecuali
dalam penelitian sejarah dan penelitian eksperimental.
Ciri-ciri dari penelitian ini secara umum adalah sebagai berikut:[13]
- Penelliti mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganisasi dengan baik
- Studi yang cenderung meneliti sejumlah kecil variabel pada unit sampel yang besar
- Cenderung meneliti jumlah unit yang kecil, tetapi mengenai variabel-variabel dan kondisi-kondisi yang besar jumlahnya
Contoh: Dikutip sebuah skripsi mahasiswa
Fakultas Syariah UIN Jakarta asal Irian Jaya: Penelitian ini berjudul:
Mas kawin menurut suku Dani di Irian Jaya Tinjauan Hukum Islam. Mas
kawin seorang gadis suku Dani yaitu 5 ekor babi muda walaupun si gadis
itu beragama Islam. Babi merupakan binatang ternak yang terkenal dalam
kebudayaan masyarakat Dani. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa babi haram menjadi mas kawin bagi gadis suku Dani yang beragama Islam. Hasil ujian Skripsinya mendapatkan nilai terbaik Penguji bertanya: Apakah anda berani mensosialisasikan hasil penelitianmu kepada suku Dani?
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa babi haram menjadi mas kawin bagi gadis suku Dani yang beragama Islam. Hasil ujian Skripsinya mendapatkan nilai terbaik Penguji bertanya: Apakah anda berani mensosialisasikan hasil penelitianmu kepada suku Dani?
2.2.6 Penelitian Korelasional
Korelasi adalah penelitian yang berusaha menghubungkan atau mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya[14]
untuk mengetahui kekuatan hubungan antara dua variabel tersebut, dengan
tingkatan hubungan dapat dilihat berdasarkan koefisien. Nilai korelasi
ini disdimbolkan dengan huruf, dengan nilai r antara -1 sampai dengan 1.
Nilai -1 sangat kuat sempurna, dan berbanding terbalik, sedangkan nilai
1 sangat kuat sempurna, dan berbanding lurus. Sedangkan nilai 0,5
berarti sedang, atau cukup kuat.
Penelitian ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Penelitian ini dilakukan bila variabel yang diteliti cukup rumit dan data-datanya tidak dapat dimanipulasi
2) Penelitian ini dapat dilakukan denngan menggunakan beberapa variabel secara serentak
3) Penelitian ini terdapat kelemahan-kelemahan yaitu, penelitian
ini tidak menggunakan variabel control, pola hubungan antara kedua
variabel tidak saling mempengaruhi dan cenderung tidak jelas atau kabur.
Hasil penelitian tidak menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal
Contoh: Ada seorang dosen mengajar
Pendidikan Agama Islam pada sebuah Universitas Swasta yang berbasis IT
(Information Technology). Tiap ia mengajar, mahasiswa yang hadir hanya 5
orang dari 40 orang. Ia mengajar sangat teks book dan hanya menyuruh
siswanya mencatat. Ketika ujian siswanya tidak bisa menjawab dan
prestasinya jelek. Pertanyaan: mengapa mahasiswanya tidak termotivasi
belajar agama Islam? Mengapa prestasi pelajaran Agama Islam jelek? Dari
masalah tersebut ia bisa mencari sebab dengan mengamati dan membaca
teori-teori yang berkaitan dengan cara meningkatkan prestasi
mahasiswanya. Dalam teori disebutkan bahawa prestasi belajar berhubungan
dengan motivasi. Lalu ia mencoba melakukan penelitian hubungan motivasi
(X) dengan prestasi belajar (Y).
2.2.7 Penelitian Eksperimen
Metode Eksperimen merupakan metode penelitian yang menguji suatu
cara, teori, terhadap suatu penyelesaian masalah. Yang dicari adalah
bentuk hubungan sebab akibat melalui pemanipulasian variabel independen
dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh pemanipulasian dari variabel
tersebut. Hubungan sebab akibat bisa diketahui, peneliti melakukan
perlakuan (Treatment) terhadap objek penelitian.[15]
Ciri-ciri penelitian ini adalah sebagai berikut:[16]
1) Adanya perlakuan untuk melihat pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat
2) Adanya teknik-teknik tertentu yangn digunakan untuk
mgendalikan berbagai variabel yang mempengaruhi variabel terikat di luar
variabel yang sedang dikaji
3) Adanya unit-unit eksperimen
4) Pengaturan variabel secara tertib ketat dan baik
5) Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk membandingkan dengan kelompok yang dibahas
Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki kemungkinan
saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau
lebih kelompok eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan
memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang
tidak dikenai kondisi perlakuan. Sehingga bisa memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan.[17]
Contoh: Seorang Dosen Kiraatul Kutub (cara
membaca kitab dalam bahasa Arab) mengalami kesulitan dalam mengajar cara
membaca huruf Arab yang kecil-kecil itu pada mahasiswa nya. Ia mencoba
memecahkan masalah nya dengan mendesign pengajarannya lebih menarik.
Dosen tersebut mencoba membuat sebuah CD interaktif dengan menggunakan
Multimedia. Multimedia adalah gabungan grafik, animasi, teks dan suara
yang dibuat dengan program komputer. CD Multi media yang telah dibuat
perlu diuji coba. Caranya adalah kelas A diajarkan dengan menggunakan CD
Multimedia sedangkan kelas B tidak menggunakan CD Multimedia tetapi
menggunakan buku-buku tentang kitab kuning saja, media karton dan
tulisan yang ia lukis dengan baik. Sebagai kelompok kontrol dosen ini
perlu membagi mahasiswanya dalam tingkat IQ yang tinggi dan rendah.
Sebelum mengajar dosen ini melakukan tes awal kemampuan membaca pada
kelas A dan Kelas B. Setelah selesai mengajar dengan menggunakan CD
multimedia maka ia melakukan Post Test pada kedua kelas tersebut. Jika
kelas A lebih mudah membaca dari kelas B maka disimpulkan CD multi media
meningkatkan kemampuan membaca kitab mahasiswanya.
2.2.8 Causal-Comparative Research
Penelitian ini disebut juga penelitian sebab akibat yaitu, penelitian
yang mengungkapkan pengaruh sebab akibat berdasarkan variabel yang ada,
dengan melakukan pengamatan. Tujuan penelitian kausal komparatif adalah
untuk mengetahui hubungan antara dua atau beberapa variabel tentang
kemungkinan sebab akibat berdasarkan suatu pengamtan
Penelitian ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Dikumpulkan setelah semua kejadian berlangsung
2) Kejadian yang dipersoalkan adalah yang terjadi melalui masanya
3) Peneliti mengambil satu atau lebih akibat (sebagai dependent
variabel) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau
untuk mencari sebab-sebab saling berhubungan dan maknanya[18]
4) Penelitian ini mempunyai keunggulan yaitu penelitian ini
sangat bagus untuk berbagai keadaan, bila metode yang lebih kuat, yaitu
metode eksperimental tak dapat digunakan
5) Kelemahannya adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas
Contoh: Penelitian tentang perspektif
aliran kalam yang mengeluarkan pendapat yang berbeda tentang ayat
contohnya yang mengakibatkan berbagai pendapa yang berbeda. Seperti
pendapat aliran kalam tentang ayat dalam surat ar-Ra’d ayat 11:
……اِنَّ اللَّهَ لاَيُغَيِّرُمَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْامَابِاَنْفُسِهِمْ………..
“……Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga merekalah yang akan merubah keadaannya sendiri……” (Ar-Ra’d: 11)
2.2.9 Penelitian Tindakan (Action Research)
Kemmis mendefenisikan penelitian tindakan sebagai berikut: penelitian
untuk menguji cobakan ide-ide ke dalam praktik untuk
memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari suatu
situasi. Dalam penelitian ini ada empat tahapan penting yang harus
diperhatikan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Action research termasuk penelitian kualitatif meskipun dalam
penelitian action research ada data kuantitatif. Action research
bertujuan memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak
untuk digeneralisasi.
Ciri-ciri penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Praktis dan relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja
2) Fleksibel, membolehkan perubahan-perubahan selama masa penelitiannya dan mengorbankan kontrol untuk kepentingan inovasi[19]
Contoh: Hasep Perlia mahasiswa semester
VII, jurusan PAI, FITK UIN Jakarta angkatan 2003/2004 melakukan
penelitian Action Research pada mata kuliah Character Building Guru PAI
pada mahasiswa semester I jurusan PAI, FITK, UIN Jakarta, dengan judul:
Meningkatkan upaya pembentukan karakter mahasiswa pada mata kuliah
Character Building Guru PAI dengan social Cognitive Theory. Step ia
lakukan adalah merencanakan suatu cara untuk meningkatkan karakter
mahasiswa, lalu di laksanakan di kelas bersama dosen collaboratornya,
meneliti hasilnya dan melakukan evaluasi. Kegiatan seperti ini perlu
dilakukan sampai 3 siklus atau 4 siklus. Maksudnya terus menerus
merencanakan, melakukan, meneliti, dan evaluasi sampai 3 atau 4 kali.
Inilah yang sering disebut Siklus dalam penelitian Action Research.
2.2.10 Penelitian Survey
Penelitian survey adalah sebuah penelitian atau penelitian tentang
kelompok besar melalui penelitian langsung dari subset (sampel dari
kelompok tersebut. Tujuan penelitian survey adalah untuk memahami dan
meneliti tentang karakteristik dari seluruh kelompok yang hendak
diteliti atau populasi dengan meneliti sebagian sampel dari kelompok
populasi tersebut yang selanjutnya disebut dengan sample.
Dalam melakukan penelitian Survey maka ada dua hal yang perlu diperhatikan:
1) Cara pengambilan sampel. Jika salah dalam pengambilan sampel
maka bisa salah dalam prediksi. Untuk memperkecil kesalahan maka bisa
mengambil sampel dalam ukuran yang lebih besar.
2) Cara pengumpulan data. Jika salah dalam pengumpulan data maka akan tejadi kesalahan dalam analisis.
Penelitian survey dapat digunakan dalam tujuan berikut ini:[20]
1) Digunakan untuk maksud penjagaan, (eksploratif).
2) Untuk menggambarkan (deskriptif)
3) Untuk penjelasan (explanatory)
4) Penegasan (compormatory)
5) Untuk prediksi atau meramalkan kejadian-kejadian yang mungkin akan timbul di masa mendatganng.
6) Sebagai landasan bagi penelitian yang lebih bersifat operasional.
7) Sebagai upaya untuk mengembangkan indikator-indikator sosial.
Contoh: Seorang guru Pendidikan Agama Islam
(PAI) ingin mengetahui berapa orang siswa di lingkungan nya yang tidak
bisa membaca al-Quran. Contoh lain seorang guru ingin mengetahui berapa
orang siswa yang tidak tahu arti surat al-Fatihah, berapa orang siswanya
yang tidak tahu arti bacaan sholat. Hasil penelitiannya nanti dihitung
dan dipresentasikan dalam bentuk table
2.2.11 Ground Research
Ground research adalah penelitian dasar, yang dikumpulkan dengan
menggunakan wawancara bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui fenomena masyarakat keagamaan yang merupakan pengembangan
keterampilan keagamaan ke lapangan.
Jika penelitian Survai sebagaimana dikumpulkan di atas merupakan
pendekatan kuantitatif titik berat grounded research adalah pada
pendekatan yang bersifat kualitatif, pada peneliian data dikumpulkan
dengan menggunakan wawancara bebas dimana para peneliti tidak memulai
penelitiannya dengan teori atau hipotesis yang akan diuji, melainkan
bertolak dari data yang dikumpulkan. berkenaan dengan penelitian ini
Glaser dan Strauss (1967) mengatakan bahwa Grounded research merupakan
reaksi yang tajam dan sekaligus menyajikan jalan keluar dari” stagnasi
teori” dalam ilmu sosial, dengan menitikberatkan pada sosiologi, kritik
dilontarkan baik kepada pendekatan yang kuantiattif maupun yang
kualitatif yang selama ini dilakukan.[21]
Contoh: Seorang siswa Filsafat meneliti
tentang penciptaan alam dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang
sedetil-detilnya kepada guru dan ahli Filsafat. Sehingga dengan
pertanyaan ini terbukalah cakrawala pemikiran yang mendalam tentang
penciptaan alam semesta dan isinya.
2.3 Macam-Macam Penelitian Ditijau dari Disiplin Ilmu lainnya
2.3.1 Penelitian Agama Islam ditinjau disiplin Ilmu Sosiologi
Sosiologi dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan
sosial manusia dalam tata kehidupan bersama. Ilmu ini memusatkan
telaahnya tentang kehidupan kelompok dan tingkah laku sosial lengkap
dengan produk kehidupannya.
Ada empat pendekatan yang umum digunakan dalam tinjauan disiplin kerja ilmu sosiologi, yaitu sebagai berikut:
- Evolusionisme, memusatkan pada telaah mencari pola perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat yang berbeda
- Interaksionisme, memusatkan perhatian pada interaksi antara individu dan kelompok
- Masyarakat dipandang sebagai satu jaringan kerja sama kelompok yang salling membutuhkan satu sama lain dalam system yang harmonis
- Konflik, reaksi keras terhadap pendekatan fungsionalisme, yaitu bahwa masyarakat itu dianggap terikat kerja sama yang erat hubungan dengan yang lain karena kekuatan kelompok atau kelas yang dominan
Penelitian ini memiliki lima cara dalam menentukan kebenaran, yaitu:[22]
- Teracity, yaitu perolehan data melalui penyaksian
- Authority, kebenaran diperoleh dengan menyandarkan dari sumber yang berwenang untuk menyatukan kebenaran.
- A-Priory (intuition), yaitu kebenaran yang diperoleh melaui intuisi.
- Trial and Error, yaitu kebenaran melalui uji coba dan perbaikan.
- Keilmuan, kebenaran melalui teori penelitian, kajian dalam empiris, melalui langkah-langkah yang sistematik dan logis.
2.3.2 Penelitian Agama Islam Tinjauan Disiplin Ilmu Antropologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan-pendekatan yang telah dikaji
secara empiris. Isinya adalah pendekatan kebudayaan dalam agama yang
dikaji secara eksplisit dan implisit.
- a. Pendekatan kebudayaan
Pendekatan kebudayaan dapat diartikan sebagai sudut pandangan atau
cara melihat dan memperlakukan sesuautu gejala yang menjadi perhatian
dengan menggunakan kebudayaan dari gejala yang dikaji sebagai nukuran
dalam melihat, memperlakukan, dan menelitigejala yang dikaji.
- b. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan ini, agama dilihat sebagai pengetahuan dan keyakinan yang
dimiliki oelh masyarakat yang pengetahuan dan keyakinan tersebut menjadi
patokan sacral yang berlaku. Inti dari pendekatan kualitatif adalah
upaya memahami dari sasaran kajian atau penelitiannya.[23]
- c. Pendekatan Sejarah Pemikiran Islam
Menurut Edwar Freeman, sejarah adalah politik masa lampau. Earnest
Bernheim mendefinisikan sejarah adalah ilmu tentang perkembangan manusia
dalam upaya-upaya mereka sebagai makhluk sosial.
Asumsi pertama adalah sejarah seluruh masyarakat dapat disajikan
dalam kerangka sistem-sistem institusional. Asumsi kedua adalah bahwa
sejarah masyarakat Islam dapat ditingkatkan dalam kerangka membentuk
dasar institusi.
2.3.3 Penelitian Agama Islam Ditinjau Disiplin Ilmu Hukum Islam
Mengingat hukum Islam yang berlapis sebagaimana telah disebutkan,
yaitu mengenai tiga sumber, yaitu al-Qur’an, al-Hadits, dan ar-Ra’yu.
Hukum Islam dilandasi oleh aqidah dan akhlak.
Secara kuantitatif metodologi penelitian agama Islam dari disiplin ilmu hukum Islam diklasifikasikan sebagai berikut:
- a. Metodologi Islam Normatif
Objek penelitian ini adalah asas-asas , doktrin, konsep, sistematika,
dan substansi hukum Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits,
baik menurut alliran klasik maupun kontemporer.
- b. Metodologi Islam Empirisme
Empirisme secara bahasa (etimologi) diambil dari bahasa Yunani, yaitu empiria yang berarti pengalaman, pengenalan konkret atau keakraban dengan sesuatu.[24]
Secara istilah (terminology) empirisme adalah suatu doktrin filsafat
yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan itu
sendiri dan mengecilkan peranan akal.
2.4 Dalil Al-Qur’an Tentang Penelitian
2.4.1 Surat Al-Hasyr ayat 18
يَأيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوْااتَّقُوااللَّهَ
وَلْتَنْظُرْنَفْسٌ مَّا قّدَّمَتْ لِغَدٍۖ وَاتَّقُوااللَّهَ ۚ اِنَّ
اللََّهَ خَبِيْرٌبِمَاتَعْمَلُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Hasyr: 18)
2.4.2 Surat Al-Hujurat ayat 6
يَأيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوْااِنْ جَاءَ كُمْ فَاسِقٌ
بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْا اَنْ تُسِيْبُوْاقَوْمًابِجَهَالَةٍ
فَتُسْبِحُوْاعَلَى مَافَعَلْتُمْ
نَدِمِيْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (Al-Hujurat: 6)
2.4.3 Surat Maryam ayat 84
فَلاَتَعْجَلْ عَلَيْهِمْ ۗۗ اِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّاۗ
“Maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap
mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari
siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti” (Maryam: 84)
2.4.4 Surat Shaad ayat 29
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”. (Shaad : 29)
2.4.5 Surat An-Nisa’ ayat 7
”Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula)
dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bahagian yang telah ditetapkan”. (an-Nisa’: 7)
[1] W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. 1991, cet. XII hlm 520
[2] Abuddinnata. Metodologi Studi Islam. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta: 1998 hlm 122
[3] Abdullah, Yatimin. Studi Islam Kontemporer. Sinar Grafika Offest. Jakarta: 2006 hlm 217
[4] Noeng Muhajir. Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi IV. Penerbit Rake Sarasin. Jogjakarta: 2000
[5] Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. 13. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung: 2000
[6] Agus Salim (ed.). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Tiara Wacana. Yogyakarta: 2001 hlm 26
[7] Ibid
[8] Yatimin Abdullah.Studi Islam Kontemporer. Amzah, Jakarta. 2006 hlm 220-221
[9] Abuddin Nata. Op. Cit. hlm 126
[10] Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitan, Cet. VIII. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. 1994 hlm 16-17
[11] Atang, abd. Hakim & Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung, Remaja Rosdakarya. 1999 hlm55
[12] M. Deden Ridwan. Tradisi Baru Penelitian AgamaIslam dalam tujuan antar disiplin ilmu. Bandung, Yayasan Nuansa Cendekia. 2001 hlm 225
[13] Yatimin Abdullah. Op. Cit. hlm222-223
[14] M. Deden Ridwan. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam dalam Tinjauan antar Disiplin Ilmu. Yayasan Nuansa Cendekia, Bandubng. 2001 hlm 232
[15] Ronny Kountur. Metodologi Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. PPM Jakarta Pusat, Jakarta. 2003 hlm 116
[16] Yatimin Abdullah. Op. Cit. hlm 224
[17] Ibid
[18] Abuddin Nata. Op. Cit. hlm 128
[19] Sumadi Suryabrata. Op. Cit. hlm16-17
[20] Abuddin Nata. Op. Cit. hlm 130
[21] Masri Singarimbun dan Sofian Affendi. Metode Penelitian Survey. LP3ES, Jakarta. 1989 hlm 8
[22] Yatimin Abdullah. Op. Cit. hlm 228
[23] Max Weber. The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism With an Introduction by Anthony Guiddens, Cet. 2. Charles Saribness’sson, New York. 1976 hlm 123
[24] Jalaluddin Rakhmat. Kamus Filsafat. Remaja Rosda Karya, Bandung. 1985 hlm 92
0 komentar:
Post a Comment